Selasa, 27 Desember 2022 13:00 WIB

Mengenal Dislipidemia

picture-of-article

Lipid yang sering disebut juga dengan lemak di dalam darah merupakan komponen penting dalam keseimbangan metabolisme tubuh. Penyimpanan lipid di dalam tubuh berguna untuk kebutuhan energi dan energi cadangan. Selain untuk energi, lipid juga dibutuhkan dalam penyusunan struktur membran sel, sebagai pelopor produksi beberapa hormon estrogen, progesteron, testosteron dan kortisol. Kolesterol juga berperan membentuk cairan empedu yang bertujuan membantu mencerna lemak makanan. Selain itu, kolesterol merupakan bahan dasar pembentukan vitamin D.

Lipid terdiri dari kolesterol, trigliserida, dan phospholipid. Kolesterol sebagai lemak beredar di dalam darah yang akan berubah menjadi trigliserida untuk disimpan pada lemak tubuh. Sedangkan phospholipid sebagai penyusun struktur membran sel. Lipid terbentuk dari ikatan-ikatan gliserol (ikatan karbon berasal dari gula) dan 3-fatty acids (asam lemak). Asam lemak ini merupakan bahan dasar untuk pembentukan berbagai jenis kolesterol darah antara lain High density lipoprotein (HDL) dan Low density lipoprotein (LDL). Asam lemak bebas ini didapat dari makanan yang kita makan. Maka penting untuk adanya keseimbangan di antara jenis lipid tersebut dalam menjaga metabolisme dan energi tubuh tetap sehat optimal.

Dislipidemia adalah kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan kolesterol dalam darah termasuk HDL, LDL dan trigliserida. Ketidakseimbangan secara umum diakibatkan gaya hidup yang tidak sehat dan masalah metabolik tubuh lainnya. Hal ini dapat meningkatkan risiko komplikasi yang berhubungan dengan aterosklerosis yang merupakan penumpukan lipid di dinding pembuluh darah.

Lipid dalam darah berasal dari dua sumber yaitu eksogen dan endogen. Lipid eksogen adalah lipid yang berasal dari makanan yang kita konsumsi. Lemak jenuh dan lemak trans menjadi momok dalam terbentuknya ikatan kolesterol yang tidak baik untuk keseimbangan metabolisme kolesterol. Sedangkan lemak tidak jenuh dari makanan merupakan zat gizi yang disarankan untuk dikonsumsi lebih dominan. Lipid yang berasal dari makanan ini akan diserap oleh usus ke pembuluh darah menjadi ikatan asam lemak bebas. Asam lemak bebas ini kemudian dibawa oleh darah menuju liver/hati untuk disimpan dan dikonversi menjadi bentuk kolesterol lainnya seperti trigliserida, HDL, dan LDL.

Lipid endogen adalah lipid yang berasal dari simpanan lemak tubuh kita sendiri. Trigliserida yang disimpan pada lemak tubuh akan dipecah dan diurai ke sirkulasi darah untuk disimpan ke liver ketika tubuh membutuhkan energi cadangan. Pada kondisi kegemukan hingga obesitas, umumnya bisa terjadi sindrom metabolik atau kondisi dimana metabolisme tubuh tidak seimbang karena salah satunya kelebihan berat badan. Pada kondisi tersebut terdapat proses yang lebih sensitif pada lemak simpanan tubuh sehingga terjadi pelepasan trigliserida secara berlebihan dimana hal ini akan menyebabkan kondisi lemak pada liver dan darah menjadi tidak seimbang.

HDL dan LDL dilepaskan dari liver ke sirkulasi darah untuk membantu proses transportasi asam lemak bebas dari usus ke liver. Saat dimana terjadi kelebihan sumber kolesterol eksogen dan endogen, maka kadar HDL lebih rendah dan LDL lebih tinggi. HDL merupakan ikatan lemak yang baik untuk tubuh karena perannya yang menyeimbangkan LDL agar tidak menjadi tumpukan lipid pada dinding pembuluh darah. LDL sering kali rentan dioksidasi oleh makrofag (sel darah putih). Ketika LDL dioksidasi oleh makrofag maka terjadi pembentukan sel busa di dalam dinding pembuluh darah yang berujung penyumbatan pembuluh darah. Kondisi ini disebut dengan aterosklerosis.

Saat kadar trigliserida di dalam darah berlebihan akibat makanan (eksogen) atau sindrom metabolik (endogen), darah akan menghantarkan trigliserida ke liver. Liver akan memproduksi LDL dan HDL yang mengandung tinggi trigliserida. LDL yang tinggi trigliserida lebih berisiko membentuk aterosklerosis. Sedangkan HDL yang tinggi trigliserida mudah untuk dipecah oleh ginjal sehingga kadar HDL akan menurun.

Beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya peningkatan lipid seperti merokok, kurang aktivitas fisik, zat gizi dan obesitas. Zat gizi menjadi salah satu risiko jika konsumsi keseharian rendah serat dari sayur dan buah serta konsumsi tinggi makanan lemak jenuh. Konsumsi alkohol berlebihan juga berkontribusi pada peningkatan trigliserida.

Dislipidemia juga bisa disebabkan oleh riwayat keluarga. Mutasi autosomal tingkat gen akibat keturunan menyebabkan seseorang memiliki metabolisme berbeda dari orang pada umumnya sehingga bisa memiliki reseptor produksi LDL lebih sensitif. Kondisi ini menyebabkan tubuh lebih mudah memproduksi LDL secara berlebihan ke darah dibanding HDL.

Kondisi medis lainnya yang dapat meningkatkan risiko dislipidemia seperti diabetes melitus tipe 2, hipertiroid, dan penyakit ginjal kronis. Penyakit tersebut menyebabkan perubahan metabolisme tubuh menjadi tidak seimbang pada beberapa aspek. Diabetes melitus tipe 2 memiliki kadar gula darah tinggi. Kondisi tersebut merupakan salah satu sindrom metabolik yang menyebabkan pelepasan trigliserida dari lemak menjadi berlebihan. Hipertiroid menyebabkan HDL menjadi lebih rendah. Penyakit ginjal kronis mengganggu katabolisme kolesterol sehingga HDL menurun dan trigliserida lebih tinggi.

Dislipidemia tidak memiliki gejala spesifik yang jelas. Beberapa penelitian menyebutkan adanya hubungan antara kolesterol tinggi dengan kejadian migrain. Gejala dislipidemia yang dikaitkan dengan keluhan nyeri kepala masih penuh perdebatan di antara ilmuwan. Sehingga untuk mengetahui kondisi ketidakseimbangan kolesterol adalah melalui pemeriksaan darah rutin.

Tanda-tanda fisik yang bisa muncul yaitu berupa xanthoma. Xanthoma adalah penumpukan lipid pada lemak kulit, seringkali penumpukan ini terlihat di kulit dari luar yang menjadi nodul dan plak. Umumnya muncul pada lipatan telapak tangan, lipatan kelopak mata, atau tendon. Maka jika tanda ini muncul sebaiknya lakukan pemeriksaan kolesterol darah.

Menerapkan gaya hidup sehat menjadi kunci dalam mencegah terjadinya ketidakseimbangan kolesterol. Berdasarkan faktor risiko penyebabnya, kita bisa melakukan perubahan seperti menjaga berat badan tubuh tetap ideal. Menjaga berat badan ideal tentunya dengan menerapkan aktivitas fisik berupa olahraga secara rutin dan konsumsi asupan kaya serat dan rendah lemak. Menghindari atau berhenti merokok dan alkohol juga dapat mencegah terjadinya gangguan metabolisme kolesterol darah.

Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala dalam kurun waktu tahunan juga penting untuk deteksi secara dini risiko gangguan kolesterol akibat riwayat keluarga maupun gaya hidup. Jadi sebelum kadar kolesterol menjadi tidak seimbang, tidak salah kita menerapkan cara-cara di atas.

 

Baca juga : Penatalaksanaan Dislipidemia

2 Disukai

3412 Kali Dibaca