Jumat, 12 November 2021 11:28 WIB

Mengenal Gigi Susu

picture-of-article

Gigi susu memiliki beberapa sebutan lain, di antaranya adalah gigi sulung, deciduous teeth, primary teeth, atau baby teeth. Semua sebutan ini digunakan untuk menggambarkan gigi yang pertama kali tumbuh pada anak, gigi yang akan lepas dan digantikan dengan gigi permanen ketika anak mencapai usia tertentu.

Di dalam dunia kedokteran gigi, gigi susu biasa disebut sebagai primary teeth atau deciduous teeth. Manusia memiliki 2 fase gigi geligi yaitu gigi susu dan gigi permanen/dewasa. Gigi susu merupakan fase  gigi awal yang terdiri dari 10 gigi rahang atas dan 10 gigi rahang bawah. Gigi ini mulai muncul rata–rata pada usia 6 bulan dan lengkap jumlahnya ketika anak berusia 3 tahun. Sedangkan gigi permanen adalah fase gigi kedua dan merupakan fase terakhir. Pada fase ini gigi permanen akan mulai tumbuh ketika anak berusia 5-6 tahun yaitu ditandai dengan tumbuhnya gigi geraham pertama permanen pada rahang atas-rahang bawah dan gigi seri permanen rahang bawah. Selain gigi geraham pertama permanen, semua benih gigi tetap terletak di bawah gigi susu. Hal tersebut yang menyebabkan bahwa kedua fase gigi manusia ini saling berhubungan.

Fase gigi susu penting untuk dijaga dan diperhatikan kesehatannya karena gigi ini merupakan panduan bagi gigi permanen untuk tumbuh pada posisi yang benar di lengkung rahang pada waktunya nanti. Seorang anak memerlukan gigi susu yang kuat dan sehat tidak hanya untuk mengunyah makanan (perkembangan gizi) tetapi juga untuk dapat mengucapkan kata-kata dengan tepat (perkembangan kognitif). Jika gigi susu mengalami infeksi gigi/gusi, maka hal ini dapat memengaruhi perkembangan benih gigi tetap di bawahnya.

Masa Pertumbuhan Gigi Susu
Masa pembentukan gigi susu dimulai ketika janin berusia 6 minggu di dalam perut ibu dan gigi tersebut baru akan erupsi (tumbuh) jika akar giginya sudah terbentuk kira-kira ⅔ panjang akar. Rata-rata gigi susu pertama yang akan tumbuh ketika bayi berusia 6 bulan adalah gigi seri. Sedangkan gigi susu terakhir yang akan tumbuh adalah gigi susu geraham dua pada usia anak 2-3 tahun.

Jenis Gigi Susu

Jika digabung antara rahang atas dan bawah, maka jumlah gigi susu sebanyak 20 gigi. 20 gigi tersebut ‘tersembunyi’ di dalam gusi dan akan tumbuh sesuai waktunya. Hal yang membedakan gigi susu dengan gigi dewasa antara lain:

  • Ukuran gigi susu lebih kecil daripada gigi dewasa.
  • Warna gigi susu lebih putih seperti warna susu.
  • Normalnya susunan gigi susu memiliki jarak (tidak rapat seperti gigi dewasa). Hal ini terjadi agar diharapkan nantinya saat gigi susu digantikan dengan gigi permanen (yang ukurannya lebih besar) dapat memiliki ruangan yang cukup untuk erupsi.

Proses Pertumbuhan Gigi Susu pada Anak (teething).
Keluarnya gigi susu dari dalam gusi tidak menyebabkan gusi luka atau berdarah. Teething dapat diartikan sebagai masa tumbuhnya gigi susu. Teething biasanya disertai dengan beberapa gejala yang umum terjadi pada bayi. Berikut ini adalah beberapa gejala yang umum terjadi saat masa teething:

  1. Air liur berlebih (drooling).
  2. Anak lebih rewel (irritability).
  3. Anak tidak mau makan (refusal to feed).
  4. Adanya bintik-bintik merah sekitar mulut (teething rash).
  5. Anak cenderung lebih sering menggigit (biting).
  6. Anak sulit tidur malam.
  7. Anak menangis tidak ada sebab yang terlihat.
  8. Anak mengalami demam yang tidak terlalu tinggi.

Pengelolaan Masa Teething
Ketika bayi berusia 6 bulan, level antibodi yang mereka miliki dari ibu akan mulai menurun drastis. Hal ini yang menyebabkan perubahan pada sistem imunitas bayi yang membuat bayi ‘cenderung’ lebih mudah mengalami penyakit, ditambah dengan kecenderungan bayi untuk memasukkan benda-benda ke dalam mulut mereka. Masa teething dapat berlangsung selama 8 hari, yaitu 4 hari sebelum gigi susu keluar dari gusi hingga 4 hari setelah gigi keluar dari gusi. Selama masa ini, anak memang sulit untuk merasa nyaman. Hal yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah sebagai berikut:

  1. Memijat lembut gusi dengan jari yang bersih atau kain basah yang lembut.
  2. Memberikan teether dingin pada bayi. 
  3. Memberikan biskuit bebas gula pada bayi di atas 6 bulan untuk memuaskan rasa ingin menggigitnya (biting).
  4. Memberikan obat analgetik paracetamol, hanya jika bayi terlihat kesakitan.
  5. Sering membersihkan air liur yang berlebih saat teething terutama di daerah mulut dan dagu karena daerah ini mudah sekali terjadi iritasi.

Pemeliharaan Gigi Susu di Rumah
Gigi susu penting untuk tetap dijaga kebersihan dan kesehatannya karena berkaitan dengan pertumbuhan. Karies gigi pada gigi susu dapat dicegah dengan melakukan pemeliharaan yang benar, cara-caranya yaitu:

  1. Pembersihan gigi dan gusi secara rutin dan benar. 
  2. Pemilihan makanan/minuman yang sehat.
    Sebaiknya sejak dini anak dikenalkan dengan segala macam makanan dan minuman yang menyehatkan, seperti sayuran dan minuman jus buah tanpa gula. Tentu saja pemberian makanan/minuman ini disesuaikan dengan pertumbuhan anak.
     
  3. Pengelolaan kebiasaan buruk.
    Kebiasaan pada anak yang perlu dikelola adalah kebiasaan mengonsumsi susu menggunakan botol susu sambil tidur. Sebaiknya hal ini perlu dihindari dan dibiasakan sejak dini. Apalagi jika susu yang dikonsumsi anak mengandung gula. Jika anak langsung tertidur dan gigi susu tidak sempat dibersihkan, maka hal ini dapat menyebabkan terjadinya penumpukan plak di permukaan gigi dan gusi yang sulit dibersihkan. Lama-kelamaan pada gigi dan gusi akan terjadi infeksi berupa gigi berlubang ataupun pembengkakan gusi.
    Tipsnya adalah dengan membiasakan anak untuk bisa mengonsumsi susu 1 jam sebelum waktu tidur sehingga setelah minum susu, gigi dan gusi anak sempat dibersihkan.
     
  4. Pemeriksaan rutin ke dokter gigi.
    Kunjungan rutin ke dokter gigi mulai dapat dilakukan sejak anak berusia 2 tahun meskipun anak tidak mengalami keluhan gigi karies ataupun sakit. Hal ini bertujuan agar anak dapat secara perlahan mengenal suasana di dokter gigi. Hal ini agar ketika usia anak bertambah dan diperlukan tindakan gigi, maka dapat mengurangi rasa takut yang muncul saat kontrol ke dokter gigi.
    Di dalam dunia kedokteran gigi anak, dikenal adanya konsep Segitiga Perawatan Gigi Anak (Pedodontic Treatment Triangle). Konsep ini menggambarkan komunikasi timbal balik antara anak, orang tua anak, dan dokter gigi yang merawat. Peran orang tua sangat penting karena menjadi jembatan komunikasi anak dengan dokter gigi yang merawatnya. Dengan adanya komunikasi yang efektif antara ketiga pihak ini, maka keberhasilan pengelolaan dan perawatan gigi anak akan lebih besar. 

Pengelolaan Gigi Susu di Dokter Gigi
Peran dokter gigi pada perawatan gigi anak yang terpenting adalah membangun komunikasi yang efektif dengan anak dan orangtua atau pengasuh anak. Pemberian informasi yang terpenting untuk diberikan adalah pentingnya menjaga kebersihan gigi susu dan area sekitarnya, karena pada gigi susu ketika terjadi karies gigi maka hal ini dapat berkembang dengan cepat di dalam mulut. Biasanya pada kunjungan pertama ke dokter gigi, perawatan yang diberikan kepada anak sebatas perkenalan. Hal ini bertujuan agar anak tidak kaget dan takut terhadap suasana di dalam ruang gigi yang dapat menghambat pengelolaan gigi selanjutnya.

Lubang gigi pada anak biasa disebut sebagai early childhood cariesbaby bottle tooth decay/ nursing mouth syndrome. Kondisi ini terjadi ketika gigi susu sering terpapar cairan yang mengandung gula dalam periode yang panjang dan ini dapat merusak gigi. Jika hal ini terlanjur terjadi pada gigi anak maka perlu mendapatkan pertolongan segera ke dokter gigi. 

Dalam melakukan pengelolaan dan perawatan gigi susu di klinik/rumah sakit, maka dokter gigi dan juga orang tua perlu memiliki pengetahuan tentang tingkat kematangan anak pada kelompok usia tertentu yang akan berguna saat merawat gigi anak di kursi dental. Berikut ini adalah ringkasan tingkat kematangan anak secara psikologis dan berdasarkan usianya secara umum: 

Baca juga : Kecemasan & Ketakutan Dental pada Anak

0 Disukai

3114 Kali Dibaca