Selasa, 05 Oktober 2021 19:50 WIB

Grief: Mengatasi Kepergian Orang yang Dicintai..

picture-of-article

Berduka adalah proses yang dialami individu ketika kehilangan seseorang, terlebih ketika orang tersebut merupakan orang yang dicintai. Ada berbagai macam teori yang digunakan untuk memahami proses berduka, dimulai dari Freud yang menjelaskan bahwa proses berduka melibatkan pemutusan hubungan dengan orang yang meninggalkan kita dan penyesuaian keadaan dengan kehidupan baru.

Teori lainnya dari Stroebe dan Schut menjelaskan mengenai “Dual Process Model”, yang mana proses berduka seseorang dapat dijelaskan dalam dua cara, apakah seseorang tersebut menggunakan cara “loss orientation”, yaitu melewati kehilangan dengan berfokus pada emosi (emotion-focused) atau “restoration orientation”, yaitu cara individu ketika melewati kehilangan dengan mengatasi stressor sekunder yang terjadi sebagai akibat dari kehilangan (problem-focused). Sedangkan Bonanno dalam teorinya menyebutkan bahwa rasa berduka yang kronis biasanya terjadi karena dependensi dalam relasi antara kita dan orang yang meninggalkan kita serta bagaimaan resiliensi kita dalam menerima proses kematian tersebut.

Teori lainnya yang sering digunakan dalam menjelaskan proses berduka ini yaitu “Stage of Grief” dari Kubler-Ross, yang mana menjelaskan bahwa proses berduka seseorang akan terdiri dari serangkaian tahapan dimulai dari penyangkalan, marah, menawar “bargaining”, depresi, dan penerimaan.

Tidak ada cara yang benar atau salah untuk berduka, tidak ada rentang waktu maupun jadwal yang pasti, setiap orang memiliki caranya tersendiri dan tidak dapat diprediksi. Berduka tidak bisa dipaksakan atau disudahi dengan tergesa-gesa.

Situasi Covid-19 saat ini memberikan satu pelajaran bagi kita, salah satunya yaitu untuk mengikhlaskan kepergian kerabat terdekat. Berita duka yang muncul selama Covid-19 tentunya memberikan makna tersendiri bagi setiap orang yang mengalaminya.

Di tengah proses adaptasi pada masa pandemi ini, mengatasi kehilangan pun dapat menjadi salah satu tantangan terberat. Ketika kita kehilangan pasangan, saudara kandung, atau orang tua, kesedihan yang dialami bisa menjadi sangat intens. Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda terhadap kematian, tidak ada rentang waktu "normal" untuk berduka. Meskipun kehilangan dipahami sebagai bagian alami dari kehidupan, namun jika tidak terlewati dengan baik maka dapat mengarah pada periode kesedihan atau depresi yang berkepanjangan. Lalu bagaimana menghadapi proses berduka tersebut dengan cara yang sehat?

Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan dalam melewati masa duka:

  1. Bicarakan tentang kematian orang yang kita cintai dengan teman untuk membantu kita memahami dan melewati apa yang terjadi. Menghindari bicara dapat menyebabkan isolasi dan akan mengganggu proses penyembuhan.
  2. Terima perasaan yang muncul. Berbagai macam emosi dari kesedihan mungkin akan dirasa, bahkan kemarahan dan kelelahan. Semua perasaan ini normal dan penting untuk mengenali emosi tersebut. Jika merasa kewalahan oleh emosi ini, akan lebih baik untuk berbicara dengan psikolog atau profesional kesehatan mental lainnya yang dapat membantu kita.
  3. Tetap menjaga kesehatan diri. Makan makanan sehat, berolahraga, dan tidur yang cukup untuk membantu memulihkan kesehatan fisik dan emosional. Proses berduka dapat memberikan efek besar pada tubuh.

Tentunya tidak semua orang dapat melewati proses tersebut dengan sempurna. Jika kenalan kita ada yang berduka, jangkau dan bantu mereka menghadapi kehilangan. Sesekali cek untuk mengetahui bahwa mereka mengambil langkah-langkah sehat yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mereka. Membantu orang lain tentunya memiliki manfaat tambahan untuk membuat kita merasa lebih baik juga.

Proses berduka dapat dirasakan seperti menaiki roller coaster, penuh dengan pasang surut. Embrace the moment. Semoga kita semua tetap diberi kekuatan dalam melewati proses tersebut.

(oleh Rahmi Maya Fitri, M.Psi., Psikolog)

 

 

-------

Sumber:

https://www.apa.org/topics/families/grief, diakses pada 1 Oktober 2021

https://www.psychologytoday.com/us/basics/grief, diakses pada 1 Oktober 2021

https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5033290/#__sec1title, diakses pada 4 Oktober 2021

Baca juga : Faktor Risiko Stroke yang Dapat Diubah

0 Disukai

1984 Kali Dibaca