Fluorosis gigi mempunyai gambaran klinis yang berbeda-beda, tergantung tingkat keparahannya. Gambaran bisa berupa bintik putih atau garis putih, bercak putih seperti kapur yang luas dan tidak teratur, atau noda coklat yang menyebar hingga tampak seperti warna karatan pada kasus yang parah.
Tingkat keparahan dari fluorosis tergantung pada:
- Dosis yaitu seberapa banyak asupan fluor yang dikonsumsi.
- Durasi yaitu jangka waktu terjadinya asupan fluor yang berlebih.
- Waktu yaitu mulainya asupan fluor berlebih tersebut terjadi.
Fluor adalah mineral yang diperlukan oleh tubuh yang berfungsi untuk mencegah kerusakan gigi. Tetapi asupan yang berlebih dari fluor dapat menyebabkan terjadinya fluorosis gigi. Asupan yang berlebih dalam jangka waktu yang lama ini bisa berasal dari:
-
Sumber utama air minum yang mengandung kadar fluor yang tinggi.
Kandungan fluor dalam air tanah di setiap daerah akan berbeda-beda, tergantung letak geografisnya. Bila sumber air minum berasal dari sumur, perlu dilakukan pengecekan kadar fluor dalam air, kecuali bila sumber air minum berasal dari sarana layanan yang dikelola oleh pemerintah yang sudah memenuhi kriteria Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IX/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. - Tertelannya pasta gigi dan obat kumur oleh anak-anak.
Hal ini disebabkan anak-anak di bawah usia 6 tahun belum mempunyai reflek penelanan yang sempurna dan terkadang anak-anak menyukai rasa dari pasta gigi sehingga lebih suka menelannya daripada meludahkannya. -
Pemberian suplemen fluoride.
Pemberian suplemen fluoride pada kondisi air minum yang sudah mencukupi kandungan fluor-nya bisa menyebabkan fluorosis, seperti tablet fluor.
Untuk memudahkan dalam mengukur tingkat keparahan fluorosis gigi, digunakan suatu klasifikasi. Ada 2 macam klasifikasi yang digunakan, yaitu Klasifikasi Index Dean dan Klasifikasi Index TFI (Thylstrup & Fejerskov).
- Klasifikasi menurut Index Dean
Pada klasifikasi ini, tingkatan fluorosis dibagi menjadi 6, dimulai dari email yang normal hingga email yang mengalami fluorosis parah (severe).
- Klasifikasi menurut Index TFI (Thylstrup & Fejerskov)
Pada klasifikasi ini tingkat keparahan fluorosis dibagi menjadi 10 tingkatan yang diberi skor antara 0 – 9.
- Mengenali kadar fluor dalam air minum sehari-hari.
Berdasarkan anjuran Permenkes RI No.492/Menkes/Per/IX/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum disebutkan bahwa kandungan fluor dalam air minum maksimal adalah 1,5 mg/L. Apabila kandungan fluor pada air minum sehari-hari melebihi kadar tersebut, maka harus dicari sumber air minum yang lain. Apabila dikonsumsi oleh anak-anak usia 8 tahun kebawah, dapat menimbulkan fluorosis gigi dengan tingkatan moderate sampai severe.
- Mengawasi aktivitas menyikat gigi pada anak-anak usia 6 tahun kebawah.
Orang tua perlu mengawasi aktivitas menyikat gigi anak pada usia tersebut karena umumnya belum bisa mengontrol reflek penelanan sehingga masih sering menelan pasta giginya yang akan meningkatkan kejadian fluorosis. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah:- Usia 0 – 2 tahun. Penggunaan pasta gigi pertama kali sebaiknya dikonsultasikan dulu ke dokter. Apabila bayi belum tumbuh giginya, mulut bayi dibersihkan dengan kasa atau kain lembut yang basah, untuk membersihkan mulut dan gusi. Sejak gigi pertama tumbuh, gigi harus dibersihkan dengan menggunakan sikat gigi yang kecil, berbulu lembut, tanpa menggunakan pasta gigi, dan menggunakan air matang.
- Usia 2 – 6 tahun. Untuk anak usia 2 tahun yang pertama kali memakai pasta gigi, orang tua mengaplikasikan pasta gigi khusus untuk anak-anak sebesar ukuran nasi, mengawasi aktivitas menyikat gigi, dan mengajarkan pada anak-anak untuk meludahkan pasta giginya. Apabila anak sudah bisa meludahkan pasta giginya, pemberian pasta gigi dapat ditingkatkan seukuran kacang polong.
- Pada anak-anak yang masih suka menelan pasta giginya, gunakan pasta gigi dewasa seukuran nasi dengan harapan rasa yang lebih pedas membuat anak-anak tidak menelan pasta gigi tersebut.
- Pengawasan pemakaian obat kumur yang mengandung fluor.
Obat kumur yang mengandung fluor diutamakan untuk kelompok atau individu yang mempunyai risiko tinggi terjadinya kerusakan gigi atas petunjuk dan pengawasan dokter.
- Pemakaian suplemen fluoride secara bijaksana.
- Suplemen fluoride dapat diberikan pada anak-anak dengan risiko tinggi terjadinya kerusakan gigi dan sumber utama air minum mempunyai kadar fluor yang rendah.
- Suplemen fluoride tidak boleh diberikan bila kandungan fluor pada air minum yang sudah mencapai 0,7 mg/L atau lebih.
- Diberikan sebagai tablet kunyah atau hisap untuk memaksimalkan efek topikal dari fluoride.
- Menjauhkan semua produk yang mengandung fluor seperti pasta gigi, obat kumur, dan suplemen yang mengandung fluor dari jangkauan anak-anak.
Apabila seorang anak menelan sejumlah besar fluor dalam waktu yang singkat, dapat timbul gejala, seperti mual, diare, muntah, dan sakit perut.
Pada kasus fluorosis yang sangat ringan, tidak perlu penanganan khusus. Untuk kasus yang lebih berat, ada beberapa cara penanganan untuk memperbaiki tampilan, tergantung tingkat keparahannya, yaitu:
- Bleaching (Pemutihan Gigi)
Teknik ini menggunakan teknik etsa asam fosfat terlebih dahulu, kemudian dilakukan pemutihan dengan menggunakan hidrogen peroksida. Digunakan pada TF skor 1-2. -
Teknik Mikro/Makro Abrasi
Teknik untuk menghilangkan stain dan bagian email yang porus (berlubang) dengan menggunakan pasta yang mengandung bahan abrasif atau menggunakan suatu bor khusus. Digunakan pada TF skor 3-4. -
Restorasi Komposit
Dilakukan penambalan dengan bahan komposit pada permukaan gigi yang mengalami terlepasnya email bagian luar. Digunakan pada TF skor 5-7. -
Veneer Gigi
Lapisan yang diletakkan pada permukaan fasial gigi, bisa terbuat dari porselen ataupun komposit. Digunakan pada TF skor 5-7. -
Full Crown (Mahkota Gigi Penuh)
Lapisan yang dibuat untuk menyelubungi seluruh permukaan gigi. Digunakan pada TF skor 8-9.
Belum Ada Komentar