Ketika kelenjar prostat membesar, hal ini dapat mengganggu atau pun menutup saluran dari kandung kemih, sehingga pasien dapat mengalami hingga tidak bisa berkemih sama sekali. Perasaan berkemih yang sering muncul dan kurang tuntas menjadi gejala paling umum dijumpai pada pasien pembesaran kelenjar prostat. Gejala umum ini sering terjadi di malam hari, setiap 1-2 jam sekali. Gejala lainnya yang bisa dirasakan termasuk:
- Tidak tuntas: merasa masih ingin berkemih walau sudah selesai;
- Frekuensi: lebih sering berkemih dari biasanya;
- Intermittent: berkemih terputus-putus;
- Urgensi: keinginan berkemih yang tak bisa ditahan;
- Lemah: pancaran urine melemah;
- Mengejan: usaha lebih untuk mulai berkemih;
- Nokturia: sering berkemih di malam hari lebih dari 2 kali.
Ketika pembesaran sudah sangat memburuk, seseorang tidak akan bisa berkemih sama sekali. Kondisi ini merupakan keadaan darurat dan harus segera membutuhkan penanganan tenaga medis.
Penyebab pembesaran prostat jinak masih banyak mengalami perdebatan. Namun ada beberapa teori hipotesa yang sampai sekarang menjadi acuan, antara lain:
- Perubahan metabolisme hormon androgen prostat karena penuaan, mengakibatkan akumulasi hormon dihidrotestosteron yang menyebabkan pembesaran prostat;
- Perubahan interaksi sel stromal-epitel karena penuaan, memicu pertumbuhan dan penambahan sel prostat;
- Teori stem sel yang mengakibatkan penambahan jumlah sel prostat hingga membesar.
Ketika pembesaran prostat menyebabkan gejala klinis, erat kaitannya dengan beberapa faktor penyebab seperti peradangan atau infeksi prostat (prostatitis), infark pembuluh darah, kekuatan glandular capsule, dan lainnya.
Di sisi lain, faktor-faktor gangguan metabolisme juga dianggap memengaruhi pembesaran prostat. Pada penelitian Baltimore Longitudinal Study of Aging pada pasien obesitas, setiap kenaikan 1 kg/m2 indeks massa tubuh (IMT) berhubungan dengan peningkatan volume kelenjar prostat sebesar 0,4 ml. Hal ini membuktikan bahwa kondisi komorbid gangguan metabolisme tubuh seperti sindrom metabolik, dislipidemia dan diabetes melitus menentukan pembesaran kelenjar prostat.
Dalam penanganan kondisi pembesaran prostat yang bergejala, banyak pilihan terapi dan tindakan medis yang akan dipilih oleh dokter. Pilihan terapi dan tindakan ini berdasarkan kenyamanan dan kemampuan pasien dan dokter. Pada kondisi tertentu, kombinasi terapi obat dan tindakan juga menjadi pilihan oleh dokter.
Pada kondisi gejala ringan dan pasien tidak merasa terganggu oleh gejalanya, biasanya dokter akan memilih untuk observasi berkala (tahunan) melihat perkembangan pembesaran prostat yang terjadi. Hal ini berdasarkan data dan pengalaman dokter bahwa pasien gejala ringan jarang berkembang hingga menjadi lebih buruk.
Variasi terapi obat yang dapat dipilih berdasarkan pertimbangan dokter seperti 5-alpha reductase inhibitor, alpha-adrenergic inhibitor dimana fungsi obat-obat ini antara lain menghambat reseptor alfa pada otot saluran kemih. Ketika pembesaran prostat terjadi, otot saluran kemih menjadi lebih tegang dan kontraksi, sehingga hal ini dapat menekan saluran kemih. Obat penghambat reseptor tersebut dapat merelaksasi otot saluran kemih sehingga proses berkemih menjadi lebih lancar. Dokter juga dapat mengombinasikan terapi obat di atas secara bersamaan maupun dengan obat lain seperti antikolinergik, dan lainnya dengan pertimbangan kondisi medis pasien.
Selain obat-obatan, tindakan medis diperlukan jika kondisi pembesaran prostat tidak lagi memungkinkan teratasi oleh obat. Beberapa tindakan minimal-invasif antara lain:
- Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT) yaitu mengurangi aktivitas pembesaran prostat dengan pemanasan gelombang mikro langsung ke prostat melalui alat yang dimasukkan.
- Transurethral Needle Ablation (TUNA) yaitu memasukkan cincin (stent) ke dalam uretra sehingga saluran uretra tidak menyempit karena tekanan pembesaran prostat.
Beberapa tindakan invasif lainnya yang dapat menjadi pilihan rekomendasi para dokter seperti:
- Transurethral Incision of the Prostate (TUIP);
- Transurethral Resection of the Prostate (TURP);
- Electrovaporization of the Prostate;
- Transurethral Laser Vaporization or Coagulation (TUVP);
- Transurethral Holmium Laser Resection or Enucleation (HoLEP);
- Prostatectomy.
Dimana prinsip kerja dari tindakan invasif ini adalah mengurangi ukuran prostat secara langsung dengan memotong maupun tidak langsung.
Pembesaran prostat akan sangat mempengaruhi kualitas hidup seseorang jika dialami dalam waktu lama dan tidak teratasi. Berdasarkan penelitian di Jerman oleh Oelke, adapun cara untuk menghindari pembesaran prostat sebelum terjadi antara lain:
- Menjaga berat badan ideal. Bagi yang alami kegemukan dianjurkan untuk menurunkan berat badan;
- Melakukan aktivitas fisik secara rutin;
- Konsumsi cukup serat dan hindari alkohol;
Menjaga berat badan ideal dan menghindari makanan tidak sehat dapat menurunkan risiko pembesaran prostat secara histologi dan klinis. Hal ini sesuai dengan risiko sindrom metabolik yang dapat memicu pembesaran prostat.
Pencegahan sekunder jika seseorang sudah mengalami kondisi ini yaitu agar ia tidak menjadi komplikasi. Penerapan obat secara berkala dibutuhkan jika pasien mengalami gejala kambuh kembali. Hal ini tetap bisa dilakukan seterusnya dengan konsultasi dokter secara rutin. Tindakan invasif medis berulang juga diperlukan jika menurut dokter perlu bertujuan untuk mencegah komplikasi terjadi.
Olahraga merupakan aktivitas fisik yang disarankan untuk menjaga kesehatan prostat serta mencegah terjadinya kekambuhan pada seseorang yang mengalami pembesaran prostat. Hal tersebut dikarenakan saat seseorang melakukan olahraga maka dapat memperkuat bagian otot pelvic floor. Lakukan olahraga secara konsisten dengan intensitas sedang hingga berat. Dalam penelitian, hal tersebut dapat mengurangi risiko pembesaran prostat jinak atau LUTS sebanyak 25% dibandingkan dengan gaya hidup yang kurang bergerak.
Melakukan senam kegel dapat membantu menguatkan otot pelvic floor dimana otot tersebut dapat mengontrol aliran urin. Selain itu juga efektif dalam mengontrol inkontinensia (kondisi ketika seseorang sulit menahan buang air kecil, sehingga jadi mengompol) tanpa perlu tindakan operasi. Berikut cara melakukan senam kegel:
- Temukan otot pelvic floor dengan cara saat sedang buang air kecil, cobalah untuk menghentikan atau memperlambat aliran urin. Maka otot yang digunakan tersebut merupakan otot pelvic floor.
- Senam kegel bisa dimulai dengan posisi berbaring. Jika sudah terlatih, maka bisa dengan posisi duduk atau berdiri.
- Kencangkan dan tahan otot pelvic floor selama 5 detik dan ulangi sebanyak 10 - 20 kali.
- Lakukan senam kegel ini 3-4 kali per hari.
- Hindari menahan nafas saat melakukan gerakan kegel.
Hal yang perlu diperhatikan yaitu apabila anda memiliki kateter di penis maka dilarang untuk melakukan senam kegel.
Belum Ada Komentar