Senin, 23 Mei 2022 15:05 WIB

Hidrocefalus

picture-of-article

Hidrosefalus dapat diartikan secara luas sebagai gangguan produksi, aliran, hingga penyerapan kembali cairan serebrospinal (CSF) di otak. Gangguan ini dapat mengganggu tekanan terhadap sistem saraf pusat/otak. Kondisi ini juga sering disebut sebagai gangguan hidrodinamik cairan serebrospinal.

Normalnya dalam tengkorak manusia memiliki tiga komponen, yaitu jaringan otak, darah, dan cairan serebrospinal. Ketiganya memiliki keseimbangan volume sehingga tidak memberikan gangguan kinerja satu sama lain. Saat salah satu komponen mengalami kelebihan volume sedangkan yang lain tidak mengalami kekurangan volume, dampak yang ditimbulkan adalah peningkatan tekanan intrakranial atau tekanan dalam tengkorak. Peningkatan tekanan ini akan menekan dua komponen lainnya sehingga mengganggu kinerja. Kelebihan cairan serebrospinal mengakibatkan tekanan berlebih pada jaringan otak dan darah sehingga dapat menimbulkan gejala dan gangguan yang berhubungan dengan sistem saraf pusat.

Cairan serebrospinal sendiri berperan penting dalam regulasi sistem saraf pusat. Fungsi pentingnya antara lain sebagai peredam guncangan pada organ otak, penghantar nutrisi ke jaringan otak dan menstabilkan tekanan dalam tengkorak (intrakranial). Maka pada kondisi normal, perannya memberikan keseimbangan terhadap tekanan intrakranial dengan mengatur jumlah volume setiap saat. Cairan ini menempati setiap ruang kosong intrakranial yang disebut ventrikel. Terdapat 4 ventrikel intrakranial yang saling terhubung satu sama lain.

Penyakit ini dapat menyerang segala umur, anak-anak hingga dewasa. Namun kebanyakan kasus terjadi pada bayi baru lahir dan lansia berusia diatas 60 tahun. Hidrosefalus dapat dibedakan menjadi dua kategori yaitu communicating dan non-communicating. Kedua kategori ini dibedakan berdasarkan kondisi sumbatan dan aliran cairan yang terjadi.

Hingga sekarang masih sangat sulit memastikan penyebab pasti hidrosefalus. Beberapa kasus dijumpai pada bayi baru lahir namun juga bisa dijumpai saat tumbuh kembang. Hidrosefalus juga bisa diturunkan secara genetik, seperti spina bifida dan encephalocele. Penyebab lainnya yang sering mendasari dugaan adalah tumor otak, kista, cedera kepala, perdarahan intrakranial hingga infeksi meningitis dimana semua ini berhubungan dengan kemungkinan sumbatan aliran cairan serebrospinal.

Jenis hidrosefalus dibedakan berdasarkan lama keluhan sebagai berikut:

  1. Acquired hydrocephalus merupakan hidrosefalus yang bisa didapat saat lahir atau dewasa karena cedera kepala atau penyakit lainnya.
  2. Congenital hydrocephalus merupakan turunan genetik bawaan lahir yang tidak diketahui penyebab jelasnya. Diduga terjadi ketika perkembangan janin mengalami gangguan. 
  3. Non-communicating (obstructive) hydrocephalus terjadi karena adanya sumbatan pada aliran cairan serebrospinal antar ventrikel. Sumbatan bisa disebabkan oleh tumor, kista, perdarahan, kelainan anatomi akibat penyakit atau cedera maupun infeksi.
  4. Communicating hydrocephalus terjadi jika aliran cairan serebrospinal tidak mengalami sumbatan dan masih terhubung antar ventrikel lainnya.
  5. Normal pressure hydrocephalus paling banyak dijumpai pada lansia saat kondisi gangguan tidak memberi dampak tekanan intrakranial secara bermakna.
  6. Hydrocephalus ex-vacuo terjadi akibat penyakit degeneratif seperti alzheimer, stroke, cedera atau trauma yang menyebabkan jaringan otak mengkerut/menciut.

Hidrosefalus ditentukan berdasarkan pemeriksaan fisik, gejala klinis pada anak-anak dan dewasa, radiologi dan analisis tekanan cairan serebrospinal. Gejala klinis dipengaruhi oleh usia, penyebab, lokasi sumbatan hingga lama keluhan. Pada keadaan akut, hidrosefalus bisa membahayakan nyawa karena dapat mengakibatkan herniasi otak, dengan tanda-tanda perubahan dilatasi pupil mata, gangguan persarafan autonomi, penurunan dan kehilangan refleks hingga koma. Kondisi akut ini membutuhkan penanganan segera untuk menstabilkan tekanan intrakranial.

Hidrosefalus biasanya tidak memberikan tanda-tanda khusus saat bayi baru saja lahir. Biasanya akan berkembang menjadi beberapa gejala klinis dan perubahan fisik setelah beberapa hari dilahirkan. Pada bayi, tulang tengkorak masih relatif lunak dan belum bersatu dan mengeras seperti dewasa. Maka saat volume cairan serebrospinal mengalami kelebihan, alih-alih cairan menekan ke dalam (jaringan otak), ia akan menekan keluar (tengkorak) mencari ruang untuk kelebihan volumenya mengakibatkan tengkorak/kepala bayi membesar. Tanda-tanda fisik lain yang bisa dijumpai yaitu fontanel (e.g. perpotongan tulang tengkorak atas depan) yang seharusnya lunak akan menjadi lebih keras akibat tekanan cairan dari dalam. Kelebihan cairan di dalam rongga tengkorak mengakibatkan penekanan ke dasar tengkorak dimana terdapat jaringan saraf gerak bola mata atas dan bawah (nervus troclear & abducens) sehingga pada bayi juga bisa didapati sunset phenomenon pada kedua bola mata, kondisi dimana mata seperti jatuh melihat ke bawah terus-menerus.

Pada orang dewasa, tengkorak sudah mengeras, sehingga jika hidrosefalus terjadi maka seseorang akan mengalami gejala peningkatan tekanan intrakranial karena tekanan kelebihan volume cairan serebrospinal yang menekan jaringan otak. Gejala peningkatan intrakranial antara lain sakit kepala hebat, mual muntah progresif hingga penurunan daya kognitif seperti daya ingat, berbicara, berjalan hingga penurunan kesadaran. Sama halnya penekanan pada dasar tengkorak, penderita dewasa juga bisa mengalami gangguan gerakan bola mata.

Jika tidak diatasi dengan baik, hidrosefalus dapat menyebabkan kerusakan otak secara permanen. Meninggalkan cacat kognitif dan lainnya. Sehingga prinsip pengobatan dari hidrosefalus sesuai dengan penyebabnya. Jika penyebabnya berupa sumbatan maka sumbatan tersebut harus dihilangkan. Jika infeksi sebagai penyebab maka infeksi harus diatasi sembari memastikan aliran dan penyerapan cairan berjalan lancar.

Terkadang sumbatan yang menjadi penyebab hidrosefalus tidak dengan mudah ditemukan ataupun diperbaiki. Maka tindakan invasif dapat dipilih untuk memasang aliran keluar dari cairan serebrospinal yang berlebih tersebut. Normalnya cairan serebrospinal akan diserap kembali ke dalam pembuluh darah, namun jika hal itu terhalang, maka cairan harus dievakuasi ke tempat lain ketika cairan baru terus diproduksi.

Operasi ETV (Endoscopic Third Ventriculostomy) dilakukan untuk meningkatkan aliran cairan serebrospinal pada penghubung ventrikel ke-3 dengan membuat lubang kecil. Tindakan ini dapat menekan produksi cairan serebrospinal baru dengan melakukan cauter pada choroid plexus sehingga produksi cairan lebih sedikit.

Shunt juga salah satu solusi untuk mengalirkan cairan serebrospinal ke tempat lain. Teknik ini berupa saluran selang steril yang dipasang pada ventrikel otak ke luar atau ke organ lain tubuh. VP-Shunt (Ventriculo-Peritoneal Shunt) adalah salah satu metodenya dimana selang saluran dipasang dari ventrikel otak menuju ke rongga peritoneal agar cairan serebrospinal dapat diserap oleh tubuh. Pemasangan selang saluran ini harus dikontrol dan dipantau secara berkala oleh dokter untuk meminimalkan efek samping yang terjadi dan sekaligus mengevaluasi penyakit.

Tidak ada cara spesifik untuk mencegah kejadian hidrosefalus dikarenakan penyebabnya yang bervariasi dan masih banyak yang belum diketahui. Namun melihat dari kategori penyakitnya yaitu diduga terjadi saat perkembangan janin pada masa kehamilan maka baik untuk seseorang melakukan kontrol kehamilan secara rutin untuk mempersiapkan segala kemungkinan medis berdasarkan saran dokter. Berdasarkan penyebab sumbatan karena benda asing atau kelainan anatomi intrakranial akibat cedera, baik untuk kita selalu menjaga keamanan kepala dari cedera trauma, mengontrol tekanan darah dan kolesterol untuk menghindari stroke, menerapkan pola hidup sehat untuk mengurangi resiko infeksi dan tumor, hingga deteksi dini berdasarkan genetik keturunan untuk melihat peluang penyakit genetik.

Pada penderita hidrosefalus yang sudah mengalami gejala kognitif dan menetap, rehabilitasi menjadi pilihan untuk mengembalikan kualitas hidup dalam beraktivitas sehari-hari. Hidrosefalus pada bayi juga dapat mengakibatkan penundaan perkembangan kognitif. Maka bantuan tenaga ahli untuk rehabilitasi dapat dipertimbangkan selama proses pengobatan.

Baca juga : Hordeolum

0 Disukai

1198 Kali Dibaca