Minggu, 03 April 2022 09:50 WIB

Dispepsia

picture-of-article

Lambung merupakan organ pencernaan yang terletak pada bagian tengah hingga kiri perut atas setiap orang. Bagian atas lambung berbatasan langsung dengan diafragma yang memisahkan rongga dada dan perut. Sedangkan bagian bawah lambung berdampingan dengan usus. Fungsi lambung sendiri merupakan rongga tempat berkumpulnya makanan yang siap untuk mulai dicerna oleh tubuh. Pada bagian dalam terdapat kumpulan cairan asam klorida yang merupakan cairan asam kuat untuk melumat makanan.

Saat kita makan, makanan akan masuk melalui mulut dan berjalan perlahan dihantarkan oleh esofagus (kerongkongan) ke lambung. Makanan akan melewati pintu katup yang memisahkan agar isi lambung tidak kembali naik ke esofagus. Ketika isi makanan di lambung kembali naik ke esofagus, maka akan terjadi rasa tidak nyaman, perih, panas hingga beberapa gejala tidak nyaman lainnya pada perut. Rangkaian keluhan tersebut dapat dikatakan sebagai dispepsia.

Dispepsia  merupakan kondisi dimana seseorang merasakan sensasi tidak nyaman hingga nyeri pada perut bagian atas. Keluhan tersebut dapat hilang timbul, dapat dialami oleh semua usia, dan dapat berlangsung dalam jangka waktu lama. Dispepsia terdiri dari beberapa jenis, yaitu organic dyspepsia, dispepsia fungsional, reflux-like dyspepsia, dan non-ulcer dyspepsia. Berdasarkan gejalanya dispepsia dapat disebut reflux-like dyspepsia, ulcer-like dyspepsia, dan dysmotility-like dyspepsia. Namun keluhan yang dapat dirasakan pada semua jenis di atas secara umum adalah sama.

Gejala dapat dirasakan hilang timbul maupun menetap. Beberapa gejala yang bisa dirasakan seperti:

  1. Rasa panas/terbakar pada seluruh perut atau perut bagian atas
  2. Nyeri perut terutama bagian atas
  3. Kembung: perasaan kenyang sebelum makan dan setelah makan
  4. Sendawa berlebihan
  5. Mual dan muntah
  6. Rasa asam pada rongga mulut
  7. Perut keroncongan

Gejala di atas dapat memburuk terutama saat kondisi sedang stres.

Hingga sekarang para ahli tidak dapat memastikan penyebab keluhan dispepsia. Namun beberapa pendapat menyatakan dispepsia mungkin terjadi karena dorongan balik (reflux) cairan asam lambung sehingga menyebabkan katup esofagus terbuka kembali. Cairan asam klorida pada lambung yang mengenai dinding organ selain lambung dapat memberikan sensasi panas hingga nyeri. Pada keadaan kronis, hal ini dapat merusak struktur anatomi esofagus hingga menyebabkan gangguan pencernaan yang serius, terutama untuk usia di atas 50 tahun. Infeksi bakteri Helicobacter pylori yang menyebabkan peradangan gastritis juga menjadi salah satu penyebab dispepsia. 

Pola makan tidak teratur, konsumsi makanan terlalu pedas, berlemak, asam, dan asin, konsumsi alkohol, kafein, dan soda berlebihan, obat-obatan, masalah emosional atau kecemasan, merokok hingga obesitas juga dapat menjadi faktor pemicu gejala dispepsia. Penyebab lain dari dispepsia dapat juga dari penyakit atau kelainan lain seperti perlukaan dinding lambung (ulcer), kanker lambung, pankreatitis kronis, batu empedu, kelainan tiroid, irritable bowel syndrome, hingga kehamilan.

Dalam penanganannya, dispepsia dapat diatasi dengan obat-obatan maupun perubahan gaya hidup. Obat-obatan yang dapat dokter pilih sesuai dengan indikasi dan pertimbangan medis pasiennya antara lain:

  1. Golongan antasida
  2. H-2 reseptor antagonis (e.g. tagamet, pepcid)
  3. Proton pump inhibitor (e.g. nexium, omeprazol, lansoprazol)
  4. Prokinetik (e.g. metoclopramide)
  5. Antibiotik dengan mempertimbangkan kemungkinan infeksi bakteri Helicobacter pylori
  6. Antidepresan terkadang beberapa gangguan saraf utama dapat memicu keluhan dispepsia

Pada keadaan kronis, pasien juga dapat mengikuti terapi psikologi untuk membantu mengatasi keluhan dispepsia berkepanjangan seperti cognitive behavioral therapybiofeedbackhypnotherapy, hingga terapi relaksasi yang didapat dari psikolog.

Dispepsia dapat diatasi maupun dicegah dengan memperhatikan gaya hidup seseorang. Beberapa faktor penyebab seperti merokok, konsumsi alkohol, dan pola pikir yang tidak sehat dapat memicu keluhan dispepsia. Kiat-kiat perubahan gaya hidupnya antara lain:

  1. Mengatur jadwal makan sehingga tidak ada waktu makan yang dilewati
  2. Membatasi makanan yang memicu dispepsia seperti terlalu asin, berminyak, pedas, asam,  dan berbumbu tajam
  3. Makanlah dengan porsi kecil tapi sering, dianjurkan 5 – 6 kali makan sehari
  4. Hindari pola makan yang terlalu banyak dan terlalu cepat
  5. Hindari konsumsi alkohol dan kafein secara berlebihan
  6. Hindari merokok
  7. Hindari stres dan kelelahan pikiran yang berkepanjangan hingga mengganggu aktifitas sehari-hari
  8. Hindari konsumsi obat secara sembarangan. Beberapa jenis obat dapat memicu efek samping pada organ lambung. Penting untuk konsultasi dengan dokter terlebih dahulu sebelum mengonsumsi obat.

Berikut merupakan penjelasan rinci mengenai bahan makanan yang dianjurkan maupun tidak dianjurkan untuk penderita dispepsia:

Baca juga : Bentuk Tubuh (Somatotype) dan Olahraga

0 Disukai

1358 Kali Dibaca